Dari Tanah Sumeria ke Jagat Algoritma: Dunia yang Kacau, Sejarah yang Berulang, dan Kepala yang Berisik
“History doesn't repeat itself, but it often rymes” (Mark Twain)
Konon, tulisan pertama di dunia bukan ditulis untuk syair cinta, tapi untuk mencatat kepemilikan. Di tanah Sumeria, di masa permulaan sejarah, manusia mulai menulis karena ingin menandai: "Ini milikku, bukan milikmu" (meminjam istilah dari buku Susan Wise Bauer). Jadi ya, sejarah dimulai dari logika ekonomi, dan tak lama kemudian, hampir bersamaan, lahirlah godaan akan kekuasaan.
Kemudian dunia bergerak. Peradaban lahir, berkembang, lalu tumbang. Kekaisaran berganti, datang dan pergi. Tapi pola itu, dari ekonomi ke kekuasaan, tetap berulang dalam wujud yang berbeda.
Hari ini, tanda kepemilikan tentu tidak lagi tercatat di tablet tanah liat dengan deretan tulisan paku di permukaannya, tapi di server bank digital. Kekuasaan tak lagi disembah lewat dewa-dewa kota seperti di Mesopotamia kuno dulu, tapi lewat algoritma dan angka-angka yang tahu lebih banyak tentang kita daripada kita sendiri.
Seringkali aku merasa kepala ini kayak pasar malam, ramai, riuh, dan berisik. Di tengah banyak notifikasi, berita politik yang makin absurd, grafik ekonomi yang sulit dicerna orang awam, dan riuhnya opini publik di kolom komentar, aku merasa perlu satu tempat untuk diam menulis. Bukan untuk menjelaskan semuanya, tapi untuk meraba ulang: kenapa semua ini terasa akrab? Kenapa rasanya aku familiar dengan kondisi ini dan itu. Kenapa tokoh A seperti mengulang kisah sosok dari ratusan atau ribuan tahun lalu? Ya, mungkin saja, mungkin, karena sejarah memang tak pernah benar-benar pergi. Ia hanya mengganti wajah.
Aku suka nulis, dari dulu. Jadi blog ini lahir. Bukan karena aku tahu semuanya. Justru karena aku masih mencari. Mungkin kamu juga begitu. Dan kalau kamu pernah merasa dunia terlalu bising, dan isi kepalamu lebih berisik lagi, aku ucapkan: selamat datang. Mari kita menelusuri jalan panjang dari tanah-tanah kuno sampai barisan prompt AI, dari kudeta para raja sampai perang data dunia digital.
Karena mungkin, dengan menulis, suara di kepala bisa sedikit mereda.
Kalau kamu ingin mengintip masa lalu untuk memahami hari ini, kita bertemu lagi di tulisan selanjutnya. Barangkali kamu akan menemukan jejak dirimu di antara lembaran kisah sejarah.
Posting Komentar